SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 917 “SHAGUN MERASA OPTIMIS” by. Sally Diandra

SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 917 “SHAGUN MERASA OPTIMIS” by. Sally Diandra Dirumah keluarga Bhalla, hakim memberitahu Pihu kalau dirinya akan mengirimkan Pihu dimana Pihu merasa senang dan anda, tuan Raman ,,, anda tidak boleh mengangkat tangan anda pada Pihu” Raman hanya terdiam “Pihu, kamu bisa menghubungi aku kalau kamu ada masalah ,,, nyonya Shagun, aku akan menggelar sidang dengar pendapatnya besok dan menyelesaikan kasus ini dengan cepat, saat ini aku tidak bisa membiarkan Pihu pergi bersama Shagun, Pihu harus tinggal disini dulu” ujar hakim, 

Shagun lalu meminta Pihu untuk mengemasi barang barangnya dan menyuruhnya masuk ke kamar, Pihu bergegas ke kamarnya, Shagun lalu berkata pada Raman dan Ishita “Kita akan bertemu di pengadilan besok” Shagun kemudian berlalu dari sana, nyonya Bhalla menangis sambil bertanya “Apa yang akan terjadi sekarang, Raman ?” Shagun bergumam pada dirinya sendiri “Satu kejutan tidak cukup untuk keluarga Bhalla” Shagun kemudian menelfon stasiun televisi “Apa kamu ingin mendapatkan sebuah berita yang hot tentang Raman Bhalla ? Baiklah, datanglah besok pagi ke pengadilan, terima kasih” ujar Shagun senang, 

Sementara itu nyonya Bhalla masih merasa gelisah “Apa Shagun benar benar akan membawa Pihu bersamanya ?”, “Tidak, ibu ,,, aku akan melakukan apapun untuk membuat Pihu tetap tinggal disini” sahut Raman “Tapi Shagun mendapat dukungan dari pengadilan, Raman” sela Ishita “Shagun bilang kalau keluarganya akan mendukungnya, bahkan juga Pihu”, “Aku rasa Mani tidak akan membantunya” sela Ishita “Apa kamu yakin Mani tidak akan ikut campur dalam hal ini ?”, “Aku akan bicara dengannya, dia itu temanku, aku ingin bicara dengannya sendirian” saat itu Ishita mendapat sms dari Aaliya dan memberitahu Raman kalau Aaliya sudah pulang ke rumah “Dia sudah pulang dari rumah sakit, terima kasih Dewa, aku harus menemuinya” ujar Ishita 

Ishita akhirnya bertemu dengan Aaliya dirumahnya “Kamu harus sabar, ibu yakin kamu pasti akan segera sembuh, ibu sangat merindukan kamu dan memikirkan keadaanmu”, “Sudah cukup, Ishu ! Apa yang kamu lakukan disini ?” Mani menyela pembicaraan mereka “Aku yang mengirimkan sms ke ibu kalau aku sudah pulang ke rumah, ayah”, “Mani, aku ingin bicara sama kamu” sela Ishita “Kalau bicara tentang Adi, dipengadilan saja !”, “Ini bukan tentang Adi, ayoo kita keluar dulu, aku mohon” Mani dan Ishita akhirnya keluar dari kamar Aaliya 

Ishita lalu memberitahu Mani tentang Pihu “Aku ingin bicara tentang Pihu” saat itu Shagun datang dan melihat mereka berdua “Ishita, aku yakin kamu datang kesini untuk mempengaruhi Mani” gumam Shagun, kemudian Shagun berkata ke Mani “Mani, berikan obat ini ke Aaliya, aku sudah membelikannya” Mani berterima kasih pada Shagun dan berlalu dari sana, Shagun kemudian mulai angkat bicara didepan Ishita “Ishita, apakah kamu datang kesini untuk meminta dukungan Mani ? Aku pasti akan memenangkan kasus hak asuh ini”, “Aku tidak memainkan permainan apapun, aku percaya dengan hubunganku, Pihu adalah putri kandungku dan aku tahu suatu saat nanti dia akan kembali padaku, aku tidak akan melepaskannya padamu, Shagun” Shagun tersenyum 

“Kita lihat saja nanti, Ishita ,,, bagaimana kepercayaan itu akan luntur, Mani adalah suamiku dan aku yakin dia pasti akan mendukungku” Shagun percaya diri “Dia itu teman masa kecilku dan dia telah mengurusku selama 7 tahun, hubungan kami tidak lemah”, “Hentikan ceramahmu itu, Ishita” saat itu Shagun melihat Mani datang, Shagun langsung pura pura didepan Mani “Apa yang kamu bilang, Ishita ? Kamu datang kesini untuk bicara dengan Mani dan Aaliya ? Apa yang tersisa disini ?” Shagun lalu berkata ke Mani “Mani, jangan ajukan masalah Adi ke pengadilan, jujur saja, kamu tahu kan kalau Adi itu memang pelakunya ?” Ishita langsung menyela 

“Omong kosong apa ini ? Sejak kapan aku bilang begitu ?”, “Kamu pasti akan meminta pada Aaliya untuk tidak menyebut nama Adi kan ? Kenapa kamu mendukung Adi ? Aaliya adalah anakmu juga” Shagun berpura pura didepan Mani “Iya memang dan Adi juga adalah anakku”, “Lihat, Mani ,,, Ishita mendukung Adi” ujar Shagun “Shagun hanya berpura pura saja, Mani ,,, aku tadi bilang sama kamu kan, Mani ,,, kalau aku datang kesini untuk ngobrol tentang Pihu !” sela Ishita, saat itu inspektur polisi datang untuk bicara dengan Aaliya 

“Waktu yang sempurna, Ishita datang untuk mempengaruhi Aaliya agar tidak menyebut nama Adi”, “Tidak ! Aku tidak mau bicara soal Adi” Ishita menyela pembicaraan mereka “Ishu, sudahlah, aku mohon, kita ini berteman kan tapi saat ini aku hanya memikirkan Aaliya”, “Mani, aku hanya ingin Aaliya berfikir dengan baik dan memberikan pernyataannya” sahut Ishita “Kamu juga tahu kan kalau Adi adalah pelakunya, aku ini ibu kandungnya Adi dan aku tahu bagaimana kemarahannya, aku ingin mendukung kebenaran”, “Kebenaran apa ?” Ishita menyela ucapan Shagun, 

Saat itu telfon berdering, Mani dan Aaliya kebetulan secara bersamaan mengambil telfon itu di ruang yang berbeda, rupanya Adi yang menelfon Aaliya “Aku merasa prihatin dengan apa yang telah kamu alami, percayalah padaku, aku tidak ingat apapun, Aaliya” Mani langsung menyalakan speaker agar semua orang bisa mendengar “Aku memang marah tapi aku tidak pernah bisa menyakiti kamu seperti ini” Mani langsung membanting telfon itu dan berkata “Kalian berdua, ibu dan anak telah memainkan emosi putriku untuk membuatnya lemah, aku tidak akan mengijinkan hal ini !” Mani lalu mengambil telfon yang dipegang Aaliya dan memutuskan hubungan telfon itu 

Ditempat Adi, Adi merasa heran “Aaliya telah memutuskan telfonnya, itu artinya dia merasa kalau aku ini adalah pelakunya” ujar Adi sedih, Mani langsung memarahi Ishita tentang hilangnya ingatan Adi dan menutupi kejahatan Adi “Mani, aku tidak mengharapkan hal seperti ini darimu, kamu adalah temanku, bagaimana kamu bisa membuat kesimpulan seperti itu ? Apa kamu tidak mendengar kepedulian Adi tadi ? Itu membuktikan kalau Adi bukanlah pelakunya, aku yakin kalau Adi tidak bersalah, jadi hentikan menyalahkan putraku” ujar Ishita sambil menangis dan pergi dari sana,  Shagun mulai berfikir “Aku harus bisa meyakinkan Mani untuk hak asuh Pihu, maaf Ishita ,,, hal itu tidak akan terjadi” bathin Shagun 

Ishita sedang duduk di dalam mobilnya sambil menangis “Apa yang akan aku katakan ke Raman sekarang ? Kenapa hal ini terjadi pada anak anak kami ?” saat itu Ishita melihat Mani menghampirinya, Mani menatap kearah Ishita yang sedang menangis, 

Ishita akhirnya pulang kerumah, Raman bertanya ke Ishita “Bagaimana keadaan Aaliya ?”, “Dia baik baik saja” sahut Ishita “Apa kamu sudah bicara dengan Mani ? Apa dia akan mendukung kita ? Aku tahu dia pasti tidak mau, aku akan menelfon pengacara kita”, “Kita tidak boleh kehilangan harapan, Raman ,,, Shagun harus membuktikan dukungan suaminya, aku rasa Mani tidak akan mendukungnya” hibur Ishita “Apa dia mengatakan hal ini padamu ?” 

Ishita teringat ketika dirinya bertemu Mani di luar rumah “Terima kasih, Mani ,,, karena kamu sudah datang kesini untuk mendengarkan aku, terima kasih Dewa ,,, hubungan kita tidak berantakan, aku datang kesini bukan mau membicarakan tentang Adi, aku datang kesini untuk bicara tentang hak asuh Pihu, Shagun telah mengajukan hak asuh Pihu ke pengadilan dan hal ini akan cepat selesai, tapi Shagun tidak akan baik untuk Pihu, Mani ,,, Pihu akan belajar dari apa yang dilihatnya, Shagun hanya tahu bagaimana caranya menipu, kehidupan Pihu akan hancur” Mani tertegun 

“Aku tahu kalau dia itu adalah istrimu, aku yang menjodohkan kamu agar menikah dengannya, ini adalah kesalahan terbesarku, mungkin kamu tidak akan mendengarkan aku, tapi hubungan kita sangat kuat, aku tidak berfikir kalau kamu akan mendukung orang yang salah, aku yakin Shagun pasti akan berubah bila bersamamu, tapi kasus Adi dan Pihu ini berbeda jauh, jangan bingung dan jangan ambil keputusan yang salah, aku rasa kalau kamu tidak mendukung Shagun dalam hal ini, hal itu akan lebih baik” ujar Ishita, 

Raman membuyarkan lamunan Ishita dengan bertanya “Apa kamu pikir Mani tidak akan mendukung Shagun ?”, “Aku tidak tahu, Raman ,,, mana yang dia pilih tapi Mani tahu betapa berharganya Pihu bagi kita” sahut Ishita “Kita akan tahu keputusannya dipengadilan besok” ujar Raman 

Keesokan harinya, Raman sedang berada di pengadilan dengan perasaan cemas “Raman, jangan gugup seperti itu”, “Apakah semuanya akan baik baik saja, Ishita ?” tanya Raman cemas “Iyaa, karena kita bersama sama”, “Apakah Mani akan mendukung kita ?” tanya Raman lagi “Aku tidak tahu, Raman ,,, tapi aku percaya pada persahabatanku, dia sudah melihatnya dari sisiku ketika aku tidak bisa meyakinkannya, dia tahu penderitaanku” ujar Ishita Ruhi menyuruh Pihu duduk, Ishita menatapnya dan berkata “Pihu sangat membenciku”, “Bukan seperti itu, Ishita” hibur Raman “Aku tahu kalau Mani tidak akan membiarkan sesuatu yang salah terjadi padaku tapi Pihu ,,,”, “Ibu Ishi, aku yakin kalau ibu pasti menang, ibu telah memenangkan aku dipengadilan yang sama” hibur Ruhi 

“Saat itu kamu menyayangi aku, Ruhi”, “Pihu akan tahu kalau ibu Ishi adalah ibu kandungnya dan bagaimana ibu telah menyelamatkannya pada waktu itu” Ishita menggeleng “Pihu tidak boleh tahu, pikirkan apa yang akan dia alami nanti begitu dia tahu kenyataan yang sebenarnya tentang Shagun, dia pasti tidak bisa menghadapinya”, “Coba lihat diri ibu sendiri, ibu malah memikirkan orang lain, ibu pasti akan menang dan kita akan membawa Pihu pulang kerumah, jangan cemas, ibu ,,, kita bisa melakukan yang terbaik” hibur Ruhi, 

Saat itu Shagun datang dan berkata “Ishita, sekarang kamu datang dengan kedua putrimu, aku yakin nanti kamu akan pulang bersama salah satu anakmu saja” Shagun lalu menemui Pihu, Ishita merasa kesal dengan sikap Shagun "Dia itu sangat percaya diri sekali”, “Aku rasa Shagun sedang merencanakan sesuatu” sahut Raman “Mani juga tidak datang untuk mendukung Shagun, kita berjuang untuk memenangkan hak asuh Pihu, Raman”, “Tapi aku kenal Shagun dengan baik, dia tidak mungkin merasa begitu yakin dan percaya diri tanpa alasan apapun, aku yakin dia sedang menyembunyikan sesuatu” Raman merasa penasaran SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 917 “SHAGUN MERASA OPTIMIS” by. Sally Diandra 
Bagikan :
Back To Top