SINOPSIS MAHAPUTRA episode 264 part. 2 (21 Agustus 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 264 part. 2 (21 Agustus 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Bijolia, nampak Ajabde sedang berjalan di koridor sambil bersungut sungut berkata pada dirinya sendiri “Dia itu adalah ibuku, sekarang dia malah mendukung pangeran Pratap ? Ini semua karena pangeran Pratap telah melakukan ilmu sihir ke semua orang" pada saat yang bersamaan Ratu Veer Bai menyuruh para pelayannya untuk beristirahat dulu setelah berkemas kemas “Tidak usah terburu buru, lebih baik kalian istirahat saja” dari kejauhan Ajabde yang melihat Ratu Veer Bai, langsung mendapat ide “Aku yakin Rani Veer Bai pasti bisa menolong aku” Ajabde segera berlari menuju ke arah Ratu Veer Bai, bermaksud meminta bantuan, kemudian Ajabde menceritakan semuanya pada Ratu Veer Bai ternyata Ratu Veer Bai juga mendukung Pratap, Ratu Veer Bai menceritakan hal hal yang baik tentang Pratap, Ajabde juga mulai ikut ikutan memuji Pratap seperti seolah olah Ajabde juga ikut terlibat di dalamnya “Dia itu memang sangat kuat, terkenal dan berani, dia selalu merendah meskipun semua orang memujinya” Ratu Veer Bai membenarkan ucapan Ajabde, kemudian mereka berdua mengakhiri obrolan mereka, Ajabde teringat apa yang seharusnya dia katakan dan mengulangi menceritakannya pada Ratu Veer Bai, Ratu Veer Bai sangat menyukai berita itu, 

Ratu Uma Devi dan Ratu Bhatyani yang saat itu sedang berjalan kearah mereka mendengarkan pembicaraan mereka dari jauh dan terkejut, Ratu Veer Bai malah menyarankan Ajabde untuk mau saja di culik oleh Pratap, tepat pada saat itu dua ratu culas itu datang menghampiri mereka, mengetahui kedatangan dua Ratu culas ini, Ratu Veer Bai segera pergi meninggalkan Ajabde. Ratu Uma Devi dan Ratu Bhatyani mengingatkan Ajabde kalau ayahnya telah berjanji pada Rao Surajmal “Kamu seharusnya melakukan sesuatu dan segalanya akan membantu ayahmu dalam memenuhi janjinya” Ratu Uma Devi juga ikut menimpali ucapan adiknya “Lebih baik kamu pergi saja ke lantai bawah sendirian sebelum siapapun bisa menculikmu, jangan keluar kamar sampai tiba saatnya pertunangan” Ajabde menyukai ide kedua ratu culas ini namun tiba tiba Ajabde teringat pada ucapan Ratu Veer Bai tadi agar dirinya berkonsultasi terlebih dulu sama Ratu Jaiwanta “Lebih baik kamu bertanya dulu pada Maharani Jaiwanta, mana yang lebih baik, apakah kamu harus melakukan sesuatu atau tidak” namun saat itu Ratu Uma Devi malah menyarankan hal yang berbeda pada Ajabde “Saat ini , lebih baik kamu tidak bicara dengan banyak orang tentang hal yang sama, ketika kamu sendiri sudah memutuskan apa yang ingin kamu lakukan, jangan dengarkan ucapan orang lain” Ajabde setuju dengan saran Ratu Uma Devi, Ajabde sangat berterima kasih pada kedua ratu culas ini 

Pratap sedang cemas dan khawatir seorang diri di dalam kamarnya, Chakrapani berkata padanya kalau keluarganya telah menunggunya di luar “Pangeran Pratap, mereka akan kembali ke Mewar saat ini, jika kamu kembali sekarang maka tidak akan ada seorangpun yang menghentikan pertunangan ini” Pratap sangat tahu hal tersebut dengan baik tapi dia juga sangat mengerti bagaimana ayahnya “Tidak ada yang lebih besar baginya selain dharmanya, jika Raja Mamrak Ji sudah mengatakan tidak padanya maka dia bahkan tidak akan mendengar jalan keluar yang lainnya namun Pratap belum menyerah “Rani Hansa Bai masih bersamaku, dia mendukung rencanaku, aku berharap dia bisa membuat kedua orang tuaku setuju untuk tinggal satu hari lagi disini, jika ini tidak berhasil maka aku akan benar benar terjebak dalam situasi yang sulit” ujar Pratap cemas

Saat itu Raja Udai Singh sudah tidak sabar menunggu keluarganya yang menghabiskan waktu mereka cukup lama untuk berkemas kemas, Raja Udai Singh ingin seluruh keluarga dan rombongannya datang segera ke depan karena dia ingin meninggalkan Bijolia saat itu juga, Raja Udai Singh mengulang kembali ucapannya kalau mereka harus segera meninggalkan Bijolia, Raja Udai merasa kalau istrinya cenderung tidak mau pulang ke Mewar namun Ratu Jaiwanta menolaknya, tepat pada saat itu Ratu Hansa Bai menghampiri Ratu Jaiwanta, Ratu Hansa Bai menceritakan tentang rencana Pratap yang akan menculik Ajabde “Maharani Jaiwanta, dimana pangeran Pratap ? Aku tidak akan meninggalkan dia disini untuk melihat pertunangan Ajabde” Ratu Jaiwanta hanya mengangguk mendengar ucapan suaminya, sementara Ratu Hansa Bai merasa sangat khawatir karena jika Pratap tidak tinggal di istananya maka siapa nanti yang akan menculik Ajabde, akhirnya Ratu Jaiwanta menyetujui permintaan Ratu Hansa Bai tapi mereka tetap harus pulang ke Mewar, saat itu Raja Mamrak Ji baru mengetahui tentang persiapan Raja Udai Singh sekeluarga yang hendak pulang ke Mewar, Raja Mamrak belum siap membiarkan keluarga Raja Udai Singh pulang dalam situasi yang seperti ini “Kamu tahu kan kalau aku terikat dengan janjiku atau aku akan menyetujui lamaranmu tanpa berfikir terlebih dulu ? Paling tidak berilah restu pada anak kami, baru setelah itu kalian bisa pergi” saat itu Raja Udai Singh sudah hampir mengatakan tidak bisa dengan sopan tapi Ratu Jaiwanta segera menyetujui permintaan Raja Mamrak Ji, Raja Udai Singh akhirnya tidak mempunya pilihan lain selain menyetujuinya, Ratu Jaiwanta dan Ratu Hansa Bai merasa lega dan sangat senang mendengarnya. 

Di kamar Ajabde, saat itu Ajabde membayangkan dirinya diculik oleh Pratap, Ajabde langsung berteriak meminta tolong, Saubhagyawati menyadarkannya, Ajabde langsung curiga pada Saubhagyawati ketika melihat ada tali di dalam kamarnya “Kamu ini temanku atau temannya dia ? Kenapa kamu melakukan hal ini ?” Saubhagyawati meminta Ajabde untuk tenang “Aku membawa tali ini untuk mengikat barang barang Maharani Jaiwanta karena mereka mau pergi” Ajabde langsung bingung “Apakah mereka mau pergi ke suatu tempat ?”, “Sekarang kamu bisa merasa senang karena pangeran Pratap akan pergi, lalu siapa yang akan menculik kamu ?” Ajabde membenarkan ucapan Saubhagyawati namun Saubhagyawati semakin tidak mengerti “Kenapa kamu melakukan hal ini, putri Ajabde ? Kamu sendiri sangat menyukai pangeran Pratap, begitu pula sebaliknya, bahkan keluarganya juga menyukai kamu, 

Ajabde langsung menjawabnya “Takdir kami berkata lain, takdir kami mempunyai beberapa rencana untuk kami berdua, aku dan pangeran Pratap diciptakan tidak untuk saling memiliki, meskipun nantinya dia bersamaku maka semuanya akan kacau, kamu menikah dengan Chakrapani begitu mudah karena kalian berdua memang di ciptakan untuk saling memiliki sementara kami tidak, seseorang disana telah diciptakan untuk pangeran Pratap” 

Ajabde teringat pada pengakuan Phool yang mengatakan kalau dirinya mencintai Pratap, salah seorang pelayan menemui mereka dan mengabarkan kalau Raja Udai Singh akhirnya setuju untuk tinggal satu hari lagi di sini, Ajabde kembali panik dan mengatakan pada semua orang kalau dirinya mengunci dirinya sendiri di kamar dan tidak akan keluar sampai hari pertunangan tiba “Aku tidak akan memberikan kesempatan sedikitpun pada pangeran Pratap untuk menculik aku” Saubhagyawati merasa bingung dengan sikap Ajabde Ratu Jaiwanta dan Ratu Hansa Bai sangat antusias mendengar berita itu “Lalu bagaimana pangeran Pratap bisa membawanya sekarang ?” Ratu Hansa Bai dan Ratu Jaiwanta segera pergi ke kamar Ajabde untuk menyuruhnya keluar dari kamar sementara Saubhagyawati pergi ke tempat Pratap untuk menginformasikan padanya tentang hal ini, 

Rupanya Pratap sudah sampai di depan kamar Ajabde sebelum yang lainnya tiba disana “Ajabde, buka pintunya dan keluarlah tapi Ajabde menolaknya dengan lantang, Ajabde bahkan menolak untuk mematuhi perintah ibunya ketika Ratu Hansa Bai sudah sampai disana bersama Ratu Jaiwanta “Aku belum pernah melihat Ajabde yang begitu percaya diri seperti ini sebelumnya” ujar Ratu Hansa Bai cemas, Ratu Jaiwanta mencoba untuk membujuk Ajabde “Ajabde, ini aku Maharani Jaiwanta, aku berjanji kalau pangeran Pratap tidak akan melakukan apapun yang tidak akan menyenangkan hatimu” dari balik kamarnya Ajabde berkata “Pangeran Pratap selalu melakukan semua kata katanya dan begitu pula aku !” Raja Mamrak Ji yang saat itu juga datang ke depan kamar Ajabde merasa bingung “Apa yang terjadi disini ?” 

Pratap memastikan kalau Ajabde pasti tidak akan berkata tidak pada ayahnya, kemudian Raja Mamrak Ji mencoba mengajak Ajabde bicara “Ajabde, apa yang akan mertuamu pikirkan kalau mereka mengetahui tentang hal ini ?” Ajabde meminta semua orang untuk diam kemudian Ajabde mengatakan pada ayahnya “Ayah, asal ayah tahu saja kalau ada beberapa orang disini yang tidak mengijinkan aku untuk menghormati janji ayah !” Pratap dan Raja Mamrak Ji saling memandang satu sama lain, begitu pula Ratu Hansa Bai dan Ratu Jaiwanta yang merasa kikuk begitu mendengar ucapan Ajabde “Biarkan dia tetap berada didalam jika itu adalah keinginannya sebelum pernikahannya” ujar Raja Mamrak Ji kemudian berlalu dari sana “Pangeran Pratap, kamu harus menang dalam bertarung dengan milikmu sendiri sekarang, kamu mendapatkan restuku untuk melakukannya” Pratap tersenyum mendengar ucapan Ratu Hansa Bai, kemudian Ratu Hansa Bai meninggalkan Pratap bersama Ratu Jaiwanta, Pratap tahu kalau Ajabde pasti akan keluar untuk berdoa pada Dewa, tiba tiba Ajabde tertawa terbahak bahak, Pratap tahu sekali karena hari ini sudah hampir malam “Apakah kamu tidak akan keluar untuk berdoa untuk pemujaan Khanamu dimalam hari ?” Ajabde tidak mampu berkata apa apa lagi 

Di Agra, Ratu Hamida, ibunya Jalal dan Maham Anga menunjukkan barang barang Jalal pada Rukayah, Maham Anga dan Ratu Hamida sangat penasaran dengan seseorang yang mengajari Jalal bagaimana caranya berdoa “Ayahnya, Raja Humayun selalu saja sedih karena Jalal tidak tahu bagaimana caranya membaca dan menulis, ayahnya itu selalu bilang kalau seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis, tidak akan pernah bisa mengurusi kerajaannya” ujar Ratu Hamida sedih, Maham Anga memuji dirinya sendiri karena dia telah mengajari banyak hal ke Jalal, Rukayah sangat senang karena Jalal sangat beruntung memiliki dua ibu, tak lama kemudian salah satu prajurit mereka mengabarkan kalau Jalal telah menahan Bhairam Khan, pada saat yang bersamaan Bhairam Khan yang saat itu di rantai kaki dan tangannya berjalan sepanjang perjalanan menuju ke istana di Agra, semua orang menatapnya heran 

Sementara itu di kerajaan Bijolia, Ajabde memperhatikan ke arah jendela dengan perasaan sedih, hari itu hampir malam, dengan perasaan sedih Ajabde menyiapkan nampan pemujaan kemudian membuka pintu kamarnya, tepat pada saat itu, Pratap sedang berdiri di depan pintu dan tersenyum kearahnya. SINOPSIS MAHAPUTRA episode 265 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top