SINOPSIS MAHAPUTRA episode 234 (1 Juli 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 234 (1 Juli 2014) by. Vany Desky Dengan sekuat tenaga Pratap menahan serangan pasukan Marwar dengan perisai. Sedangkan Jalal tersenyum melihat Pratap terjebak dari kejauhan. Tangan Kiri Pratap menahan perisai diatas kepalanya, sedangkan tangan kanannya memegang Pedang, Pratap melayangkan pedangnya untuk membunuh mereka semua dalam satu putaran, semua pasukan Marwar tewas ditangan Pratap. Akbar terkejut melihat kekuatan Pratap yang berhasil membunuh tentara itu dengan sekali putaran. Pratap menantang Jalal untuk berkelahi dengannya. Jalim Singh datang menyela Pratap. "Kau hendak menikah tapi lihat apa yang terjadi sekarang?" Ucap Jalim singh sedih. Pratap tampak bingung mendengar ucapan Jalim Singh. Namun Jalim singh tetap menyela Pratap, Pratap tampak tidak suka mendengarnya dan langsung menyerang Jalim Singh. Sedangkan Akbar yang menyaksikannya hendak menyerang Pratap dengan pedangnya, Tiba tiba seseorang menghampiri Jalal dari belakang, dan menepuk pundaknya. Reflek Jalal hendak menyerang orang itu tetapi ketika ia melihat Bairam Khanlah yang berada dibelakangnya, Jalal tidak jadi menyerangnya. Bairam Khan datang untuk membawa Jalal pergi bersamanya keluar dari medan pertempuran. "Aku tidak bisa membiarkanmu mendapatkan lebih banyak terluka di tempat ini, kita benar-benar tidak mengambil bagian dalam pertempuran ini." Ucap Bhairam Khan yang menasehati Jalal. Namun Jalal tetap bersikeras untuk tetap berada disini. "Aku harus membawa keluar Pratap, aku akan membunuhnya." Ucap Jalal geram. Bairam Khan mencegah Jalal karena sangat berbahaya baginya. "Kamu harus memerintah pada semua tanah-tanah yang sudah kamu kuasai. Kamu harus memenuhi impian ayahmu." Ucap Bhairam Khan yang kembali memperingati Jalal, dan Jalal akhirnya setuju untuk pergi dengan Bhairam Khan. 

Di benteng Chittor, Ratu Bathiani tampak menyesalkan atas takdirnya. setiap kali terjadi hal yang baik maka pasti akan terjadi masalah yang lainya. "Kami berjuang dengan Marwar dan Pratap menjadi panglima dalam perang ini. Ada kemungkinan pasti Pratap bisa mati tapi aku tidak bisa memastikanya bahkan aku tidak senang tentang itu karena Veer bai. Aku harus memikirkan sesuatu yang besar pesona Rana ji." Ucap Ratu Bathiani gelisah, namun saat Bathiani melihat kekaca Dia terkejut melihat Veerbai datang ke kamarnya. Veerbai mengatakan pemikiran nya pada Bathiani kalau ia sangat gelisah tentang perang ini. Namun Ratu Bathiani menyalahkan Veerbai atas semua masalah. "Jika kau datang ke sini untuk simpati maka kau sudah datang di pintu yang salah. Keluarlah dari kamarku." Ucap Bathiani mengusir VeerBai dari kamarnya, Veerbai segera keluar dari Kamar Bathiani. 

Dimedan Pertempuran, Pratap masih bertempur melawan Jalim Singh. Jalim Singh terus berjuang menghindar dari serangan Pratap. Ia yakin perang akan segera berakhir karena ia bisa melihat Ram Singh ji belakang Pratap. Jalim Singh mengatakan kepada orang dibelakang Pratap untuk menyerang Pratap. Namun tanpa memperhatikan siapa orang itu, Pratap segera menggorok lehernya. Pratap sangat syokh saat melihat orang yang diserangnya, Pratap meninggalkan pedangnya dan dengan panik Pratap bergegas menghampiri Ram singhji yang sudah terluka ditanah. Dengan sedih Jalim Singh mengatakan pada Pratap kalau Ram Singh ji datang untuk menyelamatkan dia tapi Pratap malah membunuhnya. Pratap menggeleng tidak setuju, Jalim Singh berteriak teriak histeris menyalahkan Pratap dan ia segera pergi. Selagi Pratap memanggil manggil Ram Singh Ji, Jalal tampak tersenyum senang atas perbuatan Pratap yang sudah salah menyerang Ram Singji. Sementara itu, Ram Singh ji yang sudah terluka dibagian lehernya. Berusaha mengatakan pada Pratap bahwa, "Kami telah diberikan perlindungan oleh Mughal. Kami juga diberitahu oleh Mughal cara untuk mencapai ke sini." Ucap Ram Singhji memberitahu semuanya pada Pratap. Pratap langsung teringat apa yang dikatakan panglima Mughal (Nasir) kepadanya pada saat diperbatasan dulu. "Itu berarti semuanya adalah tipuan Akbar. Dia ingin Mewar dan Marwar berperang satu sama lain." Lirih Pratap didalam hatinya. 

Beberapa Prajurit Marwar datang menjemput Ram Singh Ji. Sedangkan Pratap tampak berkaca kaca menahan tangisnya, ia memikirkan apa yang telah terjadi, Pratap sangat terpukul karena mereka sudah berhasil diadu domba oleh Mughal. Jalim Singh melaporkan kepada Maldev ji dan Uday Singh tentang Pratap yang sudah membunuh Ram Singhji. Maldev memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Pratap, kemudan MaldevJi segera turun dari kudanya. Kembali pada Pratap dimana ia hanya melindungi diri dari serangan dan tidak melawan. Dengan perasaan sedih Pratap mengingat bagaimana ia menggorok tenggorokan Ram Singh ji. Tiba tiba saja suasana berubah menjadi gelap dan Pratap membayangkan dirinya harus berjuang dengan dirinya sendiri. Hingga dirinya datang lebih banyak untuk menyerang Pratap. Pratap membunuh semua diri lainnya dan melihat mereka kaget / heran, tubuh Pratap kini sudah berlumuran keringat. Pratap melihat para prajurit yang berbentuk dirinya sendiri dan menyadari kalau ia tidak bisa melawan rakyatnya sendiri. Disaat semuanya tidak bergerak (seakan waktu berhenti), tiba tiba saja Pratap mendapat luka sayatan dilengannya, dimana Pratap diserang oleh dirinya sendiri, Pratap melihat cerminan dirinya memakai baju perguruannya waktu masih belajar di tempat guru Ravendra. 

Diri sejatinya mempertanyakan Pratap tentang ajarannya. "Gurumu sudah memberitahu kau, Pratap. kalau kau akan berjuang dengan orang-orang yang kau sayangi. Tanganmu tidak harus goyang." Seseorang tiba tiba saja menyerang tangan Pratap dan hayalannya pun berakhir. Pratap meringis kesakitan menahan luka yang ada ditangannya Dan ketika ia melihat orang yang telah menyerangnya Pratap tercengang menyadari orang itu adalah Guru Raghvendra. Guruji menyerang Pratap berkali kali dan Pratap terus menghindar sambil melihat situasi disekitar mereka. Saat Guruji hendak menyerangnya kembali, Tiba tiba saja Pratap melepaskan pedangnya. Guruji tampak heran dengan keadaan Pratap. ucapan Ram Singh ji terus bergema dalam pikiran Pratap. Pratap mengatakan kepada Guruji kalau semuanya Akbarlah yang merencanakan semuanya. "Dia telah menciptakan situasi ini di mana kita berjuang antara diri kita sendiri. Aku tidak bisa melawan dengan tentara orang-orangku sendiri." Ucap Pratap berkaca kaca 

Beberapa Prajurit hendak menyerang Pratap tapi Raghvendra menghentikan mereka untuk tidak menyerang Pratap, semua orang langsung menatap kearah Pratap dan Guruji. "Dia tidak memiliki senjata dan kita tidak melawan dalam situasi itu." Tutur Guruji dengan suara lantangnya. Semua orang (baik raja-raja, rawat ji) melihatnya. Maldev bertanya, "Ada apa denganmu Pratap, apa itu adalah semacam leluconmu." Tanya Maldevji dengan lantang, sedangkan tangannya masih menahan serangan Raja Uday. Rawat ji dan Uday Singh berteriak pada Pratap untuk mengambil pedangnya. "Mereka adalah musuh kita." Teriak Raja Uday pada Pratap. Pratap tidak setuju dengan ucapan mereka, Pratap menatap kearah gurunya. "Aku hanya bisa melihat orang-orangku sendiri di sini. Kita tidak berkelahi dengan musuh tapi diri kita sendiri." Ucap Pratap sedih. "Tolong hentikan semuanya. Kita tidak mendapatkan apa-apa melalui ini. Kita harus melawan Mughal, mereka berbahaya. Merekalah yang ingin merebut tanah kita / Rajputana dari kita. Pratap berlutut memohon dengan mengatupkan kedua tanganya untuk menghentikan pertempuran mereka. "Tolong hentikan, aku mandi darah di antara orang orangku sendiri hari ini. jika kita terus berjuang di antara diri kita sendiri maka orang lain akan terus mengambil keuntungan dari ini. Mughal yang mengambil keuntungan hari ini dan besok akan menjadi orang lain. Tolong hentikan." Ucap Pratap kembali dengan perasaan sedihnya. "mereka tidak bisa berhenti sekarang, Pratap. Kau harus berjuang melawanya. Ini adalah kewajibanmu." Ucap Guruji yang memperingati Pratap untuk tetap melawan. 

Namun Pratap berusaha meminta maaf karena ia tidak bisa menyebut ini adalah sebuah kewajiban." Kemudian dengan lantangnya Pratap memerintahkan kepada tentaranya untuk menjatuhkan senjata mereka dan menghentikan perang ini. Seketika orang orang berhenti menyerang dan menatap heran kearah Pratap. Uday Singh mempertanyakan atas tindakan Pratap. "Aku melakukan tugasnya sebagai panglima dengan menunjukkan mereka dengan cara yang benar. Aku tidak bisa menerima ini sebagai kewajiban di mana kita mengurangi pasukan kita sendiri dengan membuat mereka menyakiti orang mereka sendiri. Saya tidak akan memilih senjata apapun dalam perang ini sekarang." Ucap Pratap sedih. Semua orang akhirnya berhenti saling menyerang dan mereka terkejut mendengar ucapan Pratap. Uday Singh juga menginginkan Rajputana untuk bersatu. "Saya sudah menentangnya dari awal. Sebuah keputusan yang tepat, tetap benar bahkan setelah nanti. 

Kemudian Raja Uday memanggil Maldevji. "Saya juga tidak ingin berperang, di mana kita membunuh orang kita sendiri. Saya juga tidak ingin menjadi bagian dari perang ini." Ucap Raja Uday pada Maldev ji, sambil menunjukan pedangnya didepan Maldevji, seketika perangpun berhenti. Setelah memberi penghormatan pada pedangnya, Uday Singh, Rawat ji dan semua tentara Mewar menjatuhkan pedang mereka ketanah. Pratap terharu dan Guruji tampak tersenyum melihatnya. Namun Maldevji tidak terpengaruh dengan ucapan Prtap, dengan geram dia segera berjalan menuju kearah Pratap, dimana MaldevJi masih memegang pedang ditanganya. "Kenapa Pratap? Melawanlah atau aku akan menyerangmu." Ucap Maldev pada Pratap. Uday singh segera memanggil Raja Maldev dan menyuruhnya untuk memahami seperti apa yang Pratap katakan. "Dia benar, cobalah untuk mengerti, pemikiran Pratap." Tegur Raja Uday pada Maldevji. "Kau harus memiliki pemikiran tentang hal ini sebelum kau menipu saya." Ucap Maldev kembali pada Pratap, dan Pratap memberitahu Maldevji untuk membunuhnya jika itu dapat menyenangkan hatinya. Pratap merentangkan kedua tangannya siap untuk dibunuh oleh Raja Maldev. 

Semua orang tampak tegang menyaksikannya. Pratap kembali mengatakan pada Raja Maldev kalau ia menolak untuk mengambil pedangnya lagi. Rawat ji menawarkan untuk menolongnya, tapi Uday Singh melarangnya. Sedangkan Maldev kehilangan kesabaran tapi Pratap tetap pada keyakinannya. Maldev melayangkan pedangya keleher Pratap tapi ia tidak jadi menyerang Pratap karena Pratap tetap tidak menggunakan senjatanya untuk melindungi dirinya sendiri. "Saya seorang Rajput nyata yang tidak bisa melawan seperti ini. Jangan berpikir kalau saya telah dipengaruhi oleh kata-katamu. Ini karena ayahmu yang telah menipu saya. hukuman akan ditanggung oleh seluruh Mewar." Kemudian suara terompet terdengar pertanda perang harus berakhir hari ini. Maldev mengatur pertempuran besok. "Saya akan selalu ingat bahwa Anda (Pratap) telah menggorok leher anak saya yang telah mempertaruhkan nyawanya." Ucap Maldevji lantang, sedangkan Pratap hanya terdiam berdiri dengan kepala tertunduk sedih SINOPSIS MAHAPUTRA episode 235
Bagikan :
Back To Top