SINOPSIS MAHAPUTRA episode 477 (27 Agustus 2015)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 477 (27 Agustus 2015) by. Sally Diandra Pratap meminta para pangeran yaitu adiknya, Jagmal dan pangeran Chandrasen untuk memasukan kembali pedang mereka dan kembali ke tempat duduk mereka masing masing, Jagmal dan Chandrasen akhirnya dengan terpaksa menuruti permintaan Pratap “Mereka yang benar benar ingin menyatukan Rajputana seharusnya berbicara semanis mungkin, mereka seharusnya tidak mengancam siapapun” ujar Bhagwan Das setengah mengejek “Ini sama saja sebuah penghinaan untuk pangeran Pratap !” bentak Raimal lantang “Ini semua palsu ! Jadi kamu memanggil kami semua kesini hanya untuk menghina kami ! Marwar belum pernah di hina seperti ini sebelumnya !” timpal Bhagwan Das lagi “Kenapa kamu begitu mendukung Marwar ? Sudah jelas sekarang kalau kamu tidak ingin menyatukan Rajputana ! Itu tidak jadi masalah dengan adanya kamu atau tidak ! Kamu akan di lempar keluar dari tanah ini juga bersama sama pasukan Mughal itu !” Bhagwan Das langsung mengeluarkan pedangnya begitu mendengar ucapan Raimal “Setiap orang menjadi saling menghina satu sama lain disini rupanya, aku melawan hal ini !” ujar Ram Singh namun Pratap mencoba untuk menenangkan tamu tamunya, Ram Singh mengingatkan Pratap bahwa sudah ada perbedaan yang terjadi antara Mawar dan Mewar “Pangeran Pratap, kamu seharusnya memikirkan semuanya dengan hati hati, kamu tidak mungkin melakukan hal ini, kami telah di hina tanpa alasan apapun yang jelas di ruang sidang ini !” Pratap mencoba mengajaknya berbicara lagi namun sayangnya gagal, 

Ram Singh segera meninggalkan ruang sidang itu dengan perasaan marah dan kesal bersama adiknya Chandrasen, semua orang yang hadir di ruang sidang itu hanya berbicara tentang pertarungan dan konspirasi disini “Aku tahu apa yang akan terjadi, jika kamu Raja Kalyan Singh tetap tinggal disini juga, maka kamu tidak akan mendapatkan apa apa, lebih baik kamu mendukung aku saja, kedamaian, kesejahteraan dan semuanya akan bersamamu” ujar Bhagwan Das yang kemudian pergi meninggalkan ruang sidang itu juga, Pratap tidak percaya tamu tamu undangannya satu per satu telah pergi meninggalkan istananya “Pangeran Pratap, wilayah Binaker adalah wilayah yang kecil, jika wilayah sebesar Mawar saja pergi menentang kita maka apa tujuannya jika kita masih disini atau tidak” tepat pada saat Chand datang ke arah balkon dan ingin melihat apa yang terjadi di ruang sidang, Chand dan Rai Singh saling berpandang pandangan satu sama lain, Chand sangat terkejut ketika melihat Rai Singh pergi meninggalkan ruang sidang bersama ayahnya, Pratap semakin bingung dengan keadaan ini, sementara Raimal dan Jagmal saling melirik satu sama lain dengan senyuman yang puas, ketika Pratap mau mengajak Ratu Durgawati berbicara, Ratu Durgawati juga hanya terdiam kemudian ikut berlalu pergi dari ruang sidang, Pratap sangat terluka melihat semua ini. 

Di ruang pribadi Guruji, saat itu Guruji dan Chakrapani sedang membahas persoalannya yang menimpa Pratap yang gagal menyatukan Rajputana, Chakrapani tidak mengerti apa yang terjadi, Pratap menerima kesempatan ini dan membuktikan dirinya sendiri “Para Dewa mungkin akan mendukungnya jika pangeran Pratap telah berhasil dalam misinya ini” ujar Chakrapani sedih “Aku tidak meragukan kemampuan pangeran Pratap, pangeran Pratap adalah satu satunya Raja untuk bangsa Mewar. 

Di kamar pribadi Raimal, Jagmal dan Raimal mengadakan sebuah pesta kemenangan untuk mereka berdua, Jagmal sangat senang bisa membodohi semua raja raja itu “Mereka semua saling membenci satu sama lain, ini semua karena kamu, paman !” ujar Jagmal senang sambil mengangkat gelas berisi minuman anggur “Raja Akbar telah mengirimkan aku kemari untuk menggagalkan rencana Pratap, Jagmal” Jagmal sangat terkesan dengan upaya pamannya “Kamu sangat beruntung bisa memenangkan kepercayaannya, kalian berdua telah begitu banyak menderita untuk membuat aku menjadi seorang Raja ! Hanya aku yang akan menjadi Raja karena aku mempunyai kamu yang selalu mendukungku, paman !” mereka berdua kemudian menikmati minuman anggur bersama sama 

Keesokan harinya semua orang sedang mempersiapkan hari Rhaksa Bandhan atau hari persaudaraan, para wanita sedang mempersiapkan Rakhi mereka untuk diikatkan pada saudara laki laki mereka masing masing, Amar Singh (anak Pratap) merasa heran mengapa tidak ada seorangpun yang mau mengikatkan Rakhi padanya ? “Hanya ibumu yang bisa menolongmu, Amar” ujar Veeba (istri muda Raja Udai Singh) “Ibu, bisakah ibu memberikan aku seorang adik ?” Ajabde tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang polos, sementara para ratu yang lain tertawa kecil, kemudian Ajabde membagikan Rakhi pada semua wanita yang hadir disana untuk diikatkan pada tangan saudara laki laki mereka, Ajabde juga mengambil Rakhi yang tersisa untuk saudara laki lakinya yang bernama Patta, namun Ajabde menyadari kalau kakaknya itu telah tiada “Dia telah tenang diatas sana, Ajabde ,,, dia pasti juga memikirkan kamu” Ratu Bhatyani berusaha menghibur menantu tirinya itu, Ajabde mengangguk dengan perasaan haru “Aku juga sedih karena aku juga tidak punya saudara laki laki” ujar Veeba (istri muda Raja Udai Singh) “Sepertinya memang tidak ada saudara laki laki kita yang akan muncul tepat pada waktunya” ujar Chand yang tahu kalau semua tamu tamu undangan telah pergi meninggalkan istana mereka hari ini, Chand sangat sedih. Pada saat itu Jagmal dan Raimal memasuki ruangan tersebut, Chand ingin menunggu kakak laki lakinya Pratap namun Jagmal malah menyarankan padanya untuk mengikatkan Rakhi terlebih dulu pada tangannya karena dia mempunyai beberapa pekerjaan yang harus segera dikerjakan, awalnya Chand tidak mau namun Ajabde menyuruh Chand untuk melakukannya, akhirnya Chand setuju tapi dia tetap menyimpan Rakhi yang terbaik untuk kakaknya, Pratap. 

Kemudian Chand mengikatkan Rakhi pada tangan Jagmal yang saat itu sudah duduk menantinya sambil mengulurkan tangannya “Kak Jagmal, berjanjilah padaku kalau kamu akan selalu melindungi aku !” pinta Chand “Baiklah, aku berjanji” Chand segera mengikatkan tali Rakhi itu pada tangan Jagmal, kakaknya ,,, setelah Jagmal berjanji padanya, kemudian Jagmal memberikan sebuah hadiah untuk Chand. Raimal yang saat itu duduk di sebelah Jagmal merasa tegang, Ratu Bhatyani bisa merasakan ketegangannya, Raimal pura pura sedih karena dia tidak bisa menyatukan Rajputana “Jangan bersedih, kak Raimal ,,, apalagi di hari baik seperti ini, aku tahu kalau kamu telah berusaha melakukan yang terbaik” ujar Ratu Bhatyani sambil mengikatkan Rakhi di tangan kakaknya itu, kemudian Ajabde meminta mereka semua untuk menikmati acara ini, tiba tiba Ratu Bhatyani mendekat kearah kakaknya “Aku sepertinya mencium bau alkhohol di mulutmu, apa yang kamu rayakan, kak ?” Raimal merasa canggung di depan adiknya “Kamu akan segera tahu nanti, adikku” ujar Raimal 

Tak lama kemudian Pratap memasuki ruangan tersebut, Pratap rupanya tidak membawa hadiah apapun “Aku sangat menyesal karena misiku gagal maka aku tidak membawa hadiah apa apa, maafkanlah aku” ujar Pratap sedih “Aku bisa mengerti kakak, karena kamu harus berjuang seorang diri untuk melawan pasukan Mughal itu !” ujar Chand penuh haru

Tanpa mereka duga ternyata Ratu Durgawati muncul di tengah tengah mereka, mengejutkan mereka semua sambil berkata “Pangeran Pratap tidak seorang diri, kami semua harus meninggalkan Mewar karena aku telah membawa hadiah perpisahan untuk kamu, maukah kamu membiarkan aku mengikatakan Rakhi di tanganmu ?’ pinta Ratu Durgawati “Ayah, katakan iya ayah !” teriak Amar lantang, Ratu Dugawati sangat pemberani, Pratap merasa tersentuh “Ini adalah sebuah kehormatan bagiku” ujar Pratap kemudian duduk di kursi sehingga Ratu Durgawati bisa mengikatkan Rakhi itu di tangan Pratap, Jagmal dan Raimal merasa tidak suka dengan apa yang mereka lihat, Pratap tidak bisa memikirkan hadiah apa yang akan dia berikan pada Ratu Durgawati, Ratu Durgawati meminta Pratap untuk berjanji padanya “Kakak laki lakiku biasanya melakukan seperti ini, semuanya di persembahkan untuk tanah air dan tidak pernah menyerah” ujar Ratu Durgawati, Pratap kemudian berjanji bahwa rasa percaya dirinya dan tujuannya tidak akan pernah berakhir, Ratu Durgawati juga memberikan janjinya pada Pratap “Lupakan pada apa yang dikatakan oleh orang lain, Gondwana tidak akan berakhir tapi tidak akan pernah meninggalkanmu, aku akan selalu bersama dirimu, pangeran Pratap” ujar Ratu Durgawati

“Terima kasih, kakak ,,, aku tidak menginginkan yang lain lagi” ujar Pratap lalu mereka bersumpah bahwa mereka berdua akan melempar keluar pasukan Mughal dari tanah air mereka. Dengan wajah penuh kepura puraan, Raimal berupaya menghargai keadaan ini “Paling tidak ada satu hal baik yang bisa dihasilkan dari semua ini, sekarang Gondwana mendukung pangeran Pratap !” ujar Raimal dengan senyum pura puranya “Lalu apakah Jaisalmer tidak mendukung pangeran Pratap ?” pertanyaan Ratu Durgawati membuat Raimal sedikit canggung, Ratu Bhatyani bisa merasakan hal ini “Kak Raimal, buatlah janji yang sama untuk mendukung tujuan pangeran Pratap” pinta Ratu Bhatyani pada kakaknya, Raimal pun setuju, semua orang yang hadir disana tersenyum senang. Ratu Durgawati juga menyarankan Pratap agar selalu tetap berada pada pendiriannya selama ini atau mungkin Pratap tidak tahu kalau ada orang orangnya sendiri yang menentangnya “Ini semua adalah peringatan bagiku, kakak” ujar Pratap, sementara itu Raimal berkata dalam hati “Dia bisa saja mencoba apapun yang ingin dia lakukan tapi dia tidak akan pernah bisa menyadari ketika seekor ular menggigitnya” bathin Raimal sinis
Bagikan :
Back To Top