SINOPSIS MAHAPUTRA episode 159 (19 February 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 159 (19 February 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Mughal, di Agra ,,, Bhairam Khan dan Rao Surtan Singh yang telah kalah dan pulang ke istana Jalal tanpa pasukannya langsung di hadang oleh salah satu prajurit Mughal “Anda dilarang masuk panglima Bhairam Khan !” ujar prajurit tersebut “Siapa yang melarang aku masuk ? Aku ingin bertemu dengan Yang Mulia Raja Jalalludin !” ujar Bhairam Khan lantang namun prajurit itu terus menahan tubuh Bhairam Khan dengan menjulurkan lengannya, tanpa berpikir panjang, Bhairam Khan segera mencabut belati yang terselip di sabuk Rao Surtan Singh yang saat itu berdiri di belakangnya dan segera di hunuskannya belati itu ke arah prajurit yang menghalanginya tadi, sang prajurit segera tersungkur dan tewas seketika saat itu, Bhairam Khan menatapnya dengan tatapan sadis dan tak lama kemudian Maham Anga keluar dari dalam istana di ikuti oleh beberapa pelayannya “Kamu hanya bisa menunjukkan kekuatanmu dengan menggunakan senjata pada salah seorang prajurit saja sementara kamu malah kehilangan Pratap !” ucapan Maham Anga benar benar menohok Bhairam Khan sebagai seorang panglima perang, saat itu Bhairam Khan ingin menampar Maham Anga namun di urungkannya niatnya itu mengingat kalau Maham Anga adalah ibu angkat Jalal, Rao Surtan Singh yang terus mengekor di belakang Bhairam Khan hanya bisa terdiam dan ketakutan “Rao Surtan Singh, kamu mau kemana ?” tanya Maham Anga ketika Rao Surtan Singh berbalik mengikuti Bhairam Khan yang saat itu hendak keluar dari istana “Kamu tidak akan pergi kemana mana ! Kamu tetap disini saja karena Yang Mulia Raja Jalalludin memanggilmu !” ujar Maham Anga lagi, dengan sikap yang seolah olah lebih unggul dari Bhairam Khan sambil merapikan kerah bajunya Rao Surtan Singh segera menghampiri Maham Anga, sementara Bhairam Khan merasa kesal karena hanya Rao Surtan Singh yang boleh masuk ke dalam istana sedangkan dirinya tidak. 

Dan tak lama kemudian, Rao Surtan Singh diajak menemui Jalal yang saat itu sedang bermain layang layang di halaman tengah istana “Yang Mulia, Pratap telah mengalahkan pasukanmu dan panglima Bhairam Khan ! Kamu adalah Yang Mulia Raja yang hebat !” puji Rao Surtan Singh dengan sikapnya yang lucu “Shamsudhin, pergilah dan tangkap Rao Surtan Singh ! Lalu masukkan dia ke dalam penjara ! Dan jika dia melakukan kesalahan maka bunuh saja dia !” ujar Jalal lantang, Samsudhin segera menangkap Rao Surtan Singh, Rao Surtan Singh hanya bisa  berteriak meminta di bebaskan namun Jalal tidak menggubrisnya sama sekali dan berlalu begitu saja meninggalkannya 

Di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta sedang mendadani Pratap dengan baju perangnya, sementara di kerajaan Mughal, Maham Anga juga sedang mendadani Jalal dengan baju perangnya dan memberikan sedikit nasehat untuk anak angkatnya ini “Jalal, sekarang kamu tahu tentang Pratap ,,, maka sebelum kamu mengalahkan Pratap, pertama tama kamu harus memenangkan daerah daerah yang ada disekitar Mewar, Jalal !” ujar Maham Anga sambil mengenakan baju perang untuk Jalal lengkap dengan topi bajanya. 

Di tempat Pratap, Pratap memohon restu pada ibu kandungnya, Ratu Jaiwanta dengan menyentuh kaki sang ibu dan Ratu Jaiwanta melakukan aarti dan tilak untuk Pratap, Pratap segera berlalu dari istana untuk mengekspansi daerahnnya, Pratap dan Jalal dalam usia yang masih sama sama muda rupanya sama sama mentrorehkan kemenangan mereka di daerah mereka masing masing, Pratap dan Jalal mampu melumpuhkan dan mengajak beberapa kerajaan yang mereka kalahkan bergabung bersama mereka masing masing dan ketika perang telah berakhir Pratap pulang ke kerajaan Mewar dengan muka berseri seri, semua orang mengelu elukan nama Pratap “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” Pratap telah disambut oleh ibunya, Ratu Jaiwanta di benteng Chittor bersama Ratu Sajja yang memberikan aarti dan tilak untuk Pratap, tiba tiba Pratap bertanya tentang Meera Ma (nenek tirinya) “Ibu kenapa Meera Maa tidak tinggal disini bersama kita di benteng Chittor ini, dia selalu bersamaku setiap saat dan memberikan restunya untukku” ujar Pratap penasaran, Ratu Jaiwanta yang saat itu sedang memberikan berkat pada setiap sudut ruang istana hanya berkata “Ibu sudah menceritakan semuanya padamu yang ibu tahu, Pratap ,,, sekarang kalau kamu ingin tahu lebih banyak lagi maka tanyalah pada ayahmu” ujar Ratu Jaiwanta 

Sementara itu di kerajaan Mughal, Jalal pulang dengan membawa kemenangan di tangannya dan ketika sampai di bentengnya di Agra, ibunya, ibu suri Hamida menyambutnya dengan tatapan heran “Salam ibu” ujar Jalal “Salam Jalal, kenapa kamu kelihatannya tidak bahagia, Jalal ?” tanya Ibu suri Hamida “Aku akan bahagia ketika aku bisa menang melawan Pratap, ibu !” ujar Jalal “Kalau begitu, sekarang ibu akan menunjukkan padamu Tuan Tansen, Jalal” ujar Maham Anga yang tiba tiba menghampiri mereka berdua “Salam ibu”, “Salam Jalal, kamu tahu ,,, dia akan membuat kamu jadi lebih nyaman dan rileks dengan mendengarkan lantunan suaranya” ujar Maham Anga lagi 

Di ruang rapat, Raja Udai Singh memberikan pujian pada Pratap, semua orang yang hadir disana juga memberikan pujian sambil mengelu elukan nama Pratap dengan lantang “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” Pratap tersenyum senang atas pujian kemenangannya “Pangeran Pratap, apa yang kamu inginkan dariku ?” ujar Raja Udai Singh “Rana Ji, aku telah memiliki semuanya, tapi kali ini aku ingin bertanya sesuatu pada ayah dan ayah harus menjawabnya” sesaat Raja Udai nampak tertegun “Apa yang ingin kamu tanyakan, pangeran Pratap ?” Pratap tersenyum seraya berkata “Aku ingin bertanya tentang Meera Maa, kenapa dia tidak tinggal dengan kita, ayah ? Ketika dia tinggal di benteng Chittor ini tidak ada seorangpun yang mencoba menyerang kita, aku mohon ,,, ceritakan padaku ayah mengapa dia pergi dari sini ?” pertanyaan Pratap cukup menohok Raja Udai Singh, Raja Udai Singh hanya terdiam kemudian meninggalkan Pratap begitu saja dan pergi dari ruangan itu, ketika Raja Udai Singh sedang berjalan di sepanjang koridor istana, tiba tiba Raja Udai Singh teringat pada kisah masa kecilnya ketika Udai Singh kecil berlari lari di kejar oleh ibu kandungnya “Udai ! Kamu mau kemana ?” teriak ibu kandung Udai “Aku mau ke kamar Meera Maa, ibu !” ujar Udai Singh sambil berlari lari lagi, Raja Udai Singh segera mengejar Udai Singh kecil yang berlari di sepanjang koridor istana kemudian memasuki sebuah kamar yang digembok dari depan, Raja Udai Singh teringat kalau kunci gembok itu tidak ada karena telah dibakar, 

Raja Udai Singh kemudian berusaha membuka gembok pintu kamar tersebut dengan pedangnya dan segera memasuki ke kamar yang dulu sering di gunakan Meera Maa untuk berdoa dan memuja Dewa Khrisna dengan lagu Bhaajannya, kamar itu gelap dan berdebu, Raja Udai Singh teringat masa kecilnya kembali ketika dirinya sering menunggu Meera Maa menyanyikan lagu pujian Bhaajan untuk Dewa Khrisna, Meera Maa duduk bersila didepan patung Dewa Khrisna, sementara Udai Singh kecil menantinya di belakang dengan tatapan kagum dan tiba tiba saja Raja Udai Singh teringat ada piring aarti yang jatuh didepannya, Raja Udai Singh kaget dan lamunan tentang masa kecilnya pun buyar, tepat pada saat itu Pratap telah ada disana, disebelah Raja Udai Singh “Rana Ji, aku ingin membawa kembali Meera Maa ke istana kita ini !” pinta Pratap “Iya ! Pratap ,,, ayah setuju !” ujar Raja Udai Singh haru SINOPSIS MAHAPUTRA episode 160 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top