SINOPSIS MAHAPUTRA episode 155 (12 February 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 155 (12 February 2014) by. Sally Diandra Pratap dan Guru Raughvendra dalam perjalanan pulang menuju ke istana Mewar dengan kuda mereka masing masing, sementara Chakrapani dan temannya mengikuti mereka di belakang dengan kuda meraka “Aku begitu cemas memikirkan ayah dan ibuku, guru” ujar Pratap “Jangan khawatir, pangeran ,,, kamu akan benar benar mendapatkan kabar bagus” ujar Guru Raughvendra optimistis 

Sementara itu di tempat para Ratu Mewar, di kerajaan Bijolia, saat itu para Ratu sedang berdiri di depan sebuah pintu gerbang ditemani oleh beberapa pelayan dan Ratu Hasna “Ratu Bhatyani, bagaimana bisa kamu mengatakan seperti itu tentang Kokoi Ji ?” ujar Ratu Jaiwanta, tepat pada saat itu Raja Udai Singh menghampiri mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka seraya berkata “Kita akan segera pulang ke Mewar dan menyambut kepulangan pangeran Pratap !” ujar Raja Udai Singh, Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja sangat senang karena akhirnya mereka bisa berkumpul kembali dengan Pratap, tapi tidak dengan Ratu Bhatyani yang terlihat tidak suka mendengar berita itu 

Di dalam kerajaan Bijolia, Raja Udai Singh memimpin sebuah pertemuan dengan raja Mamrat Ji dan Chundawat “Raja Mamrat Ji, bagaimana bisa Rao Surtan Singh mengetahui rencana kita ? Kamu pergilah dan selidiki tentang hal ini” ujar Raja Udai Singh “Jangan khawatir Raja Udai Singh, aku telah menyiapkannya untuk menyelenggarakan sebuah komite” ujar Raja Mamrat Ji Tak lama kemudian Pratap, Guru Raughvendra dan teman teman Pratap sampai juga di kerajaan Mewar, namun ketika Pratap sampai di pintu gerbang kerajaan, kerajaan itu terlihat sepi, seperti tidak ada kehidupan disana, Pratap segera turun dari kudanya dan langsung menuju pintu gerbang tersebut dan mulai mengetuknya dengan keras sambil memanggil manggil ayah dan ibunya “Maaa ! Rana Jii !! Buka pintu !!!” terus menerus berulang ulang Pratap memanggil manggil mereka, Guru Raughvendra yang masih menunggang kudanya juga merasa bingung, begitu pula kedua teman Pratap karena tidak ada seorangpun yang membuka pintu gerbang besar itu tapi tiba tiba pintu gerbang terbuka dan terdengar slogan tentang Pratap dari dalam istana yang mulai terdengar di elu elukan oleh para pelayan dan prajurit mereka sambil menaburkan bunga bunga “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” Pratap merasa senang mendengarnya dengan senyumnya yang mengembang, Pratap memasuki istana Mewar perlahan lahan sambil terus mendengar pujian tentang dirinya, sementara di ujung halaman istana Raja Udai Singh sudah menunggunya dengan perasaan bangga, sesampainya disana Pratap segera meminta restu pada ayahnya sambil menyentuh kaki ayahnya, Raja Udai Singh segera menyambut kedatangan Pratap sambil memeluknya erat, Raja Udai Singh sangat senang karena akhirnya Pratap telah kembali pulang 

Di dapur istana, semua ratu dan pelayan sedang memasak untuk menyambut kedatangan Pratap, Ratu Bhatyani berusaha mengejek Ratu Jaiwanta tentang Pratap, Ratu Sajja yang tidak suka mendengarnya langsung menyela pembicaraan mereka “Sudahlah, kita telah menyiapkan beberapa pekerjaan selama ini jadi jangan buang buang waktu dengan persoalan kecil seperti itu” ujar Ratu Sajja “Baiklah, kalau begitu ,,, berikan penghormatan untuk pangeran Pratap !” ujar Ratu Bhatyani, tepat pada saat itu salah satu pelayan mengabarkan kalau Pratap telah sampai di benteng Chittor, 

Semua orang merasa senang dengan kedatangan Pratap, semua orang bergembira dan menari nari bersama Pratap, Raja Udai Singh juga sempat ikut menari bersama Pratap, sementara teman teman Pratap dan Guru Raughvendra bermain musik mengiri tarian mereka, Pratap merasa senang sambil menari nari bersama para penari, tiba tiba salah satu prajurit mengabarkan pada Raja Udai Singh kalau Chundawat ingin bertemu dengan dirinya, ketika Raja Udai Singh hendak keluar dari ruang pesta tersebut menemui Chundawat, Pratap merasa heran dan bertanya “Rana Ji, apakah ada sesuatu yang salah ?” Raja Udai Singh berhenti sebentar dan berkata “Tidak ada apa apa, lebih baik kamu temui ibumu dulu” ujar Raja Udai Singh 

Di ruangan para Ratu, semua orang mengelu elukan nama Pratap “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” ujar para pelayan dan prajurit yang berdiri di sepanjang koridor istana sambil menaburi Pratap dengan bunga bunga, sementara Pratap mulai menyusuri koridor tersebut sambil menyeringai senang, di ujung koridor ketiga Ratu Mewar menunggu kedatangan Pratap dengan perasaan senang, namun Ratu Jaiwanta merasa heran karena dirinya tidak bisa melihat kehadiran Pratap “Sajja, dimana Pratap ? Kenapa aku tidak bisa melihat Pratap ? Dimana dia ? Apakah dia sudah datang ?” ujar Ratu Jaiwanta heran “Kakak, itu Pratap sudah datang di depanmu, mungkin kamu tidak bisa melihatnya karena tertutup airmatamu yang menggenang, coba kamu usap airmatamu itu, kak” ujar Ratu Sajja polos, Ratu Jaiwanta menuruti saran Ratu Sajja dengan menyeka airmata, setelah diusapnya airmatanya Ratu Jaiwanta baru bisa melihat Pratap yang sedang berjalan menuju ke arahnya, Ratu Jaiwanta sangat terharu melihat kedatangan anak semata wayangnya itu, sementara itu Ratu Bhatyani yang berdiri didepan Ratu Jaiwanta hanya terdiam dan ketika Pratap sudah sampai di depan mereka, Ratu Bhatyani segera mencegatnya dan mengucapkan selamat datang kembali di istana Mewar lalu ketika Pratap hendak berjalan ke arah ibu kandungnya, Ratu Bhatyani kembali mencegahnya “Choti Ma, tolong jangan halangi aku, aku akan menceritakan semuanya pada kamu tapi pertama tama aku ingin bertemu dengan ibuku dulu” pinta Pratap, Ratu Bhatyani akhirnya memberikan jalan untuk Pratap, Pratap segera menghampiri Ratu Jaiwanta sambil menyentuh kaki ibunya itu, Ratu Jaiwanta tersenyum senang sambil melalukan aarti untuk Pratap dan tilak di keningnya, Ratu Sajja sangat senang melihat hal ini. 

Di ruang pribadi Raja Udai Singh, Raja Udai Singh menemui Chundawat “Rawal Ji, mengapa kamu tidak mengatakan siapa nama orangnya ?” ujar Raja Udai Singh heran “Menurut Raja Mamrat Ji, dia mendapat sebuah surat yang dikirimkan oleh Rao Surtan Singh untuk kerajaan Bijolia dan dia juga mendapat sebuah surat dari Ratu Bhatyani, itulah mengapa Rao Surtan Singh bisa menyerang kerajaan Bijolia” ujar Chundawat, Raja Udai Singh nampak marah mendengar hal ini SINOPSIS MAHAPUTRA episode 156 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top