SINOPSIS MAHAPUTRA episode 9 (10 Juni 2013)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 9 (10 Juni 2013) Maharana Pratap masih mengikuti ibunya yang mulai memasuki sebuah ruangan, tepat pada saat itu ada beberapa pelayan yang datang ke ruangan tersebut sambil membawa sebuah bejana besar yang di usungnya di bahu mereka, Pratap menyuruh saudaranya untuk membuat kegaduhan dengan menjatuhkan sebuah vas bunga yang berada di lorong istana dekat dengan ruangan rahasia tersebut, para pelayan menoleh dan segera menghampiri vas tersebut dan berusaha mendirikannya kembali, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Pratap untuk masuk ke dalam bejana yang dibawa oleh pelayan dan langsung bersembunyi didalamnya sambil menutup bejana tersebut, pelayan beralih kembali ke bejana itu dan mulai memanggulnya kembali menuju ke Johar 

Di tenda Shams Khan, Shams Khan tertawa terbahak bahak sambil menyeringai senang “Aku telah mendapatkan suatu hal yang menarik !” teriaknya lantang, salah satu pengawalnya mengabarkan “Baginda, pasukan kita telah siap, mereka cukup untuk menghajar pasukan Udai Singh ribuan kali” ujar pengawal “Hanya cukup satu pengawal saja kita bisa melumpuhkan mereka !” ujar Shams Khan 

Di ruangan senjata, Maharaja sedang melihat lihat senjata senjata mereka yang dipersiapkan untuk berperang nanti dan berkata “Apakah kita hanya mempunyai senjata yang jumlahnya hanya segini ?” ujar Udai Singh “Iya, senjata kita memang sangat kurang, Maharaja”, “Apa ?” Udai Singh terkejut “Shams Khan saat ini telah meningkatkan Sena - nya” ujar sang menteri “Pertarungan ini akan dimenangkan dengan keberanian tidak dengan sebuah ukuran, kita berperang demi kemerdekaan kita, demi tanah kita, itulah bedanya kita dengan Sena milik mereka” sang menteri hanya diam saja tidak menanggapi ucapan Udai Singh “Katakanlah yang sebenarnya dan kita akan menyusun rencana kita berdasarkan hal tersebut” ujar Udai Singh “Mereka 10 kali lebih kuat, Maharaja” ujar sang menteri 

Maharani mulai membuka pintu ruangan Johar, setelah pintu terbuka, Maharani memasuki ruangan tersebut dan menyentuh lantai kemudian di usapkannya ke dahinya, lalu mengecapkan tangannya dengan tinta merah di dinding dan berdoa untuk para leluhur yang telah berkorban di ruangan tersebut “Girja Tai, kemarilah, mendekat kearahku” wanita tua yang bernama Girja Tai mendekati Maharani dengan perasaan sedih, tepat pada saat itu pelayan memasuki ruangan Johar sambil membawa bejana besar yang berisi Pratap, Pratap bisa melihat semuanya dari tempat persembunyiannya di dalam bejana “Sekarang bersihkan ruangan ini, ruangan ini seharusnya seperti sebuah aula untuk tempat pernikahan, dulu ibu mertuaku juga telah memasuki ruangan ini” ujar Maharani tak lama kemudian Maharani mendekati salah satu bejana dan membukanya ketika dibukanya bejana itu dilihatnya Pratap sedang bersembunyi disana “Pratap !” Pratap nampak ketakutan kemudian keluar dari bejana itu dan meminta maaf pada ibunya “Maafkan aku, ibu ,,, maafkan aku yang telah mendengar pembicaraan kalian antara ayah dan ibu, itulah mengapa aku datang kesini, ibu” Maharani hanya tersenyum tidak nampak kemarahan di wajahnya “Ibu ruangan apa ini ? Kenapa ibu ingin membersihkannya ? Apa itu Johar ?” ujar Pratap yang merasa heran dengan ruangan yang gelap dan penuh dengan debu, Maharani kemudian menyuruh para pelayannya untuk keluar dari ruangan, tinggalah mereka bertiga Maharani, Pratap dan Girja Tai “Apa jawabannya, ibu ?”, “Ketika saatnya tiba nanti, ibu akan menceritakannya padamu, Pratap” Pratap tidak puas dengan jawaban ibunya, Pratap tetap memaksa ibunya untuk menceritakan padanya, Maharani melirik ke arah Girja Tai, Girja Tai hanya tersenyum sedih 

“Baiklah, ibu akan menceritakan padamu karena waktunya telah tiba sekarang, kemarilah” Maharani mengandeng tangan Pratap “Pratap, ini adalah Johar, saksi bisu pengorbanan Mewar” Pratap langsung menundukkan kepalanya ke dinding dinding yang berisi bekas bekas tangan berwarna merah darah “Kamu harus menghormati Johar, nak” ujar Maharani “Kamu ingin tahu apa itu Johar ? Ibu akan menceritakannya padamu ,,, ini adalah sebuah ritual Rajput, dimana ketika kita bertarung dengan musuh, sebagai rasa hormat kami para istri, ketika suami kami kalah dalam berperang maka semua wanita melompat ke dalam Johar yang penuh dengan api dengan sebuah senyuman” Pratap terperangah, sementara Girja Tai semakin sedih dan terharu mendengar cerita Maharani “Dulu beberapa tahun yang lalu, pengorbanan terbesar terjadi di Johar sini, ketika kakekmu masih hidup, mereka bertarung untuk Mewar, ketika musuh menyerang, kakekmu bertarung dengan mereka dan ketika kakekmu tewas, musuh musuh menyerang Chittor dan mengepung benteng, mereka melakukan hal itu selama beberapa bulan” ujar Maharani lagi “Saat itu Rajmata (ibu suri) mengendalikan semuanya dengan tangannya sendiri, tapi lama kelamaan Rajmata tidak bisa menghadapi semuanya dan dia memutuskan untuk lompat ke dalam Johar” Pratap kaget dan terkejut mendengar cerita ibunya, tiba tiba langit di atas Johar nampak hitam dengan petir yang menggelegar, Maharani, Pratap dan Girja Tai kaget dengan cuaca buruk tersebut dan tiba tiba semuanya berubah menjadi terang, ruangan Johar nampak bersih dan indah, didengarnya teriakan dari arah luar yang mengelu elukan nama Rajmata “Hidup Rajmata ! Hidup Rajmata ! Hidup Rajmata !” ujar semua wanita yang mengikuti Rajmata memasuki ke dalam Johar


Pratap merasa senang karena bisa melihat neneknya memasuki ruangan tersebut, Rajmata menyentuh lantai yang penuh dengan bunga di ikuti oleh Girja Tai dan wanita wanita lainnya kemudian diusapkannya ke dahi, tak lama kemudian Rajmata menempelkan tangannya di cairan berwarna merah dan menempelkan tangannya di dinding sebagai tanda mereka pernah ada di sana, kemudian berjalan mendekati Pratap sambil tersenyum, Pratap juga sangat senang bisa melihat neneknya, semua wanita mulai memasuki ruangan Johar sambil terus mengelu elukan nama Rajmata dan mengikuti apa yang dilakukan oleh Rajmata sambil membawa baki pooja mereka, lalu Rajmata mengambil bakinya sendiri dan berkata “Musuh musuh kita bisa datang kapan saja ! Bangsa Rajput kita telah bertarung dengan baik ! Dan kita harus mengorbankan diri kita sendiri, oleh karena itu kita harus melakukan kematian kita ini dengan senyuman untuk menjaga harga diri kita sendiri !” semua wanita menyetujui ucapan Rajmata, setelah melakukan aarti, salah satu wanita mulai melemparkan api ke dalam Johar dan para wanita yang lain mengikutinya, api mulai berkobar kobar di dalam Johar dengan jilatan apinya yang semakin membesar, para wanita mulai terjun kedalam Johar dengan rasa bangga dan senyuman di wajah mereka, setelah semua wanita terjun, Rajmata melirik ke arah Pratap sambil tersenyum kemudian terjun ke dalam Johar sambil berteriak “Hidup Mewar !” Pratap bergidik ketakutan ketika melihat pengorbanan para wanita yang begitu besar, Pratap berteriak sambil menangis “Jangan Neneeeek !” ujar Pratap sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, ibunya langsung menoleh dan menyadarkan Pratap “Pratap !” Pratap melihat ke sekelilingnya ternyata kembali seperti semula, ruangan itu gelap dan berdebu, Pratap baru menyadari kalau peristiwa tadi hanyalah imajinasinya belaka
Bagikan :
Back To Top